Antara Covid-19 dan Takdir Allah


 

FB_IMG_1583544082729

Antara Covid-19 dan Takdir Allah
==============================
By: Apriansyah Bintang

 

Hamdan Lillah wa Shalatan wa Salaman ‘Ala Rasulillah, wa Ba’du.

Berikut adalah makalah kecil berkaitan dengan viralnya video Azan yg berubah Lafazhnya di negara-negara Arab.

Semoga bermanfaat untuk kita semua. Amin.

 

A. HARAM MENJADI BOLEH

Salah satu penyebab orang-orang banyak masuk ke dalam Islam adalah karena kemudahan agama ini.

Kelenturan menjadi gaya khas Agama Islam yg tidak dimiliki agama-agama lain di dunia.

Dalam literatur Islam disebutkan, bahwa Ilmu Fiqih mengatur batasan atau hal2 kelenturan itu.

Patokannya adalah terancamnya Nyawa, Kehormatan, Agama dan Harta.

Jika 4 hal ini terancam maka hal2 yg sifatnya prinsipil bisalah berubah.

Dalam Kaidah Ilmu Fiqh disebut dengan:

 

الضَّرُوْرَةُ تُبِيْحُ الْمَحْظُوْرَاتِ

“Darurat dapat membolehkan perkara yg dilarang.

 

Sebagai contoh:

1. Daging babi yg mutlak haram bisa menjadi *”boleh terbatas”* jika dia di hutan tidak ada makanan apapun dari nabati dan hewani yg halal dan akses ke penduduk terdekat sangat jauh sehingga bisa mengancam nyawa.

2. Dalam keadaan terancam nyawa atau harta yg diambil secara zalim maka boleh berdusta.

Contohnya sahabat Amar bin Yasir yg pura2 murtad karena kedua orangtuanya dibunuh dengan cara sadis dan diapun diancam akan dibunuh. Pura2nya Amar ini dilaporkan ke Rasulullah saw maka beliau mengamininya (HR. Baihaqi dan Hakim).

 

Itulah ajaran Islam :

“Islam itu mudah jangan dipermudah, Islam itu sulit jangan dipersulit.”

B. MENGHINDARI TAKDIR ALLAH

Takdir Allah ada yg baik adapula yg buruk, ini adalah salah satu rukun Iman dalam Islam:

 

“BERIMAN KEPADA TAKDIR BAIK ALLAH DAN TAKDIR BURUK ALLAH.”

 

Adalah takdir mempunyai 2 karakter, yaitu Takdir yg tidak dapat dirubah (Takdir Mubram) dan yg dapat diubah (Takdir Mu’allaq).

Lahir dari rahim mana kita tidak dapat memilih, mati kapan dan dimana kita tidak dapat menawar. Itulah takdir Mubram.

Ilmu, kekayaan (rizki), pasangan (jodoh) kesehatan dan kebahagiaan manusia dapatlah berubah dan itulah takdir Mu’allaq.

Rasulullah saw pernah mengintruksikan para sahabat untuk menghindari berpergian ke tempat yg mewabah penyakit, Rasulullah bersabda:

 

إِذَا سَمِعْتُمْ بِالطَّاعُونِ بِأَرْضٍ فَلاَ تَدْخُلُوهَا، وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا فَلاَ تَخْرُجُوا مِنْهَا

“Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu.” (HR Bukhari)

 

Diceritakan bahwa Umar bin khattab dalam satu perjalanan mendengar satu perkampungan yg terkena wabah penyakit Tha’un. Maka Umar meresponnya dengan memerintahkan para sahabat untuk menghindari kampung itu. Banyak para sahabat protes karena Umar dianggap menghindari takdir Allah. Lantas Umar menjawab:

 

“Ya, aku menghindari takdir Allah yang satu menuju takdir Allah yang lainnya.” (HR. Bukhari Muslim).

 

Tidaklah salah para sahabat protes kepada Umar bin Khattab. Karena mereka pernah mendengar Rasulullah saw membacakan ayat alquran:

 

مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ

“Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah” (QS. Al-Hadid: 22).

 

Dan tidaklah salah pula Umar bin Khattab berpendapat demikian. Karena beliai dan para sahabatpun langsung mendengarkan Rasulullah saw membacakan ayat alquran:

 

إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.”  (QS. Ar-Ra’d: 11)

 

Satu saat Rasulullah ditanya tentang pengobatan, karena para sahabat menganggap berobat itu menyalahi takdir.

Lalu beliau meluruskan bahwa berobat itu bagian dari ikhtiar, sembuh atau tidaknya itulah takdir.

 

Rasulullah saw ditanya:

يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَرَأَيْتَ رُقَى نَسْتَرْقِي بِهَا، هَلْ تَرُدُّ مَنْ قَدَر اللَّهِ شَيْئًا؟ فَقَالَ: “هِيَ مِنْ قَدَرِ الله”

“Wahai Rasulullah ﷺ, apa pendapatmu tentang ruqyah (doa penyembuhan) yang kami lakukan, apakah ia bisa menolak takdir Allah? Rasulullah ﷺ menjawab: Ruqyah itulah bagian dari takdir”. (HR Turmudzi)

 

C. MERUBAH FUNGSI, JUMLAH & LAFAZH AZAN

Banyak literatur dalam sejarah Islam menyebutkan bahwa meskipun fungsi Azan untuk memanggil shalat tapi para sahabat biasa menggunakannya untuk memanggil para sahabat untuk perang (Qital) Jihad Fi Sabilillah.

Disebutkan jg dalam sejarah bahwa Utsman bin Affan lah yg memulai menambahkan Azan dari 1x menjadi 2x pada saat Shalat Jumat seperti yg dipraktikkan di Indonesia dan banyak negara Asia lainnya.

Bahkan dalam satu riwayat Utsman menambahkan menjadi 3x karena umat Islam makin menyebar dan kala itu tidak ada pengeras suara. Adalah Maroko yg mempraktikkan Azan Jumat sejumlah 3x.

 

Namun bolehkah kita mengubah lafadz Azan?

 

Jawabnya adalah:

Boleh untuk kedaruratan.

 

Di daerah Kuwait dan banyak daerah Arab lainnya tahun 2020 ini banyak masjid menvumandangkan Azan yg merubah Lafadznya dari “Marilah Kita Shalat.” menjadi “Marilah kita shaalt di rumah.”

Ini berdasarkan fatwa dan konsensus Ulama di daerah tersebut dikarenakan mewabahnya penyakit Covid-19 atau Corona.

Bahkan telah viral azan tersebut dalam grup2 Whatsapp dengan lafazh seperti ini:

 

“حَيَّ عَلَى الصَّلاَةِ فِيْ بُيُوْتِكُمْ”
“الصَّلاَةُ فِيِ رِحَالِكُمْ”

“Marilah shalat di rumah saja.”
“Marilah shalat di tempat tinggal kalian saja.”

 

Maka sekali lagi itu diperkenankan dalam Fiqih Islam.

 

D. KONKLUSI DAN PENUTUP

Apakah di Indonesia akan diberlakukan seperti di Kuwait dan negara2 lainnya ?

Bisa jika konsensus ulama di MUI menyepakatinya.

 

“Shalat tidak bisa berdiri maka duduk, tidak bisa duduk maka berbaring miring menghadap kiblat, tidak bisa berbaring miring maka terlentang dengan kaki menghadap kiblat, tidak bisa juga maka shalat dengan isyarat, tidak bisa jg maka shalat di dalam hati, masih tidak bisa maka dishalatkan.”

 

Kemudahan adalah semboyan utama dalam Islam.

 

Semoga Allah memberikan kesehatan, mudah rizki dan takdir baik kepada kita semua. Allahumma Amin.

Wallahu A’lam Bish Shawab

About Apriansyah Bintang

Turut mendiskusikan mispersepsi terhadap Islam dengan hikmah dan mau'izhah hasanah. مناقش أي سوء الفهم للإسلام بالحكمة والموعظة الحسنة Also discuss any misperceptions of Islam with wisdom and good advice.

Posted on 17 Maret 2020, in Diskursus Islam and tagged , , , , , , , , , , . Bookmark the permalink. Tinggalkan komentar.

Silakan komentar bro...

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.